Langsung ke konten utama

Cerpen ( Sukma Kedimensi lain )

 Cerpen ( Cerita pendek)

"SUKMA MASUK KE DIMENSI LAIN"

Penulis :Ibrahim H. Dukalang

Siang hari dikala itu saya tertidur dengan nyenyak ditambah angin yang sepoy-sepoy menambah tidur saya semakin nyenyak, disaat saya tidur saya bermimpi melihat suatu pusaka peninggalan Kerajaan Dukalangi. Pusaka itu bentuknya seperti golok yang dibungkus dengan kain kafan yang sepertinya sudah lama sekali. Keinginan saya untuk mengambilnya sangat kuat sekali, karena aura atau energi yang ada di sekitar pusaka itu seperti menarik saya untuk mengambilnya.

Tak pikir lama saya langsung mendekat dengan pusaka tersebut. Tiba-tiba saya dikagetkan dengan munculnya sesosok ghaib yang menyerupai Pasukan Kerajaan Gorontalo. sosok tersebut memakai pakaian serba hitam dan memegang tombak. ghaib itu berkata :

 Ghaib : Kau adalah orang yang dipilih oleh raja saya. silahkan ambil pusaka ini

Saya : Mengapa saya yang dipilih oleh raja Anda

Ghaib : Anda salah satu keturunan dari Raja kami

Saya : Siapa nama raja Anda ?

Ghaib : Te olonggia dukalangi (Mendekat sambil menyerahkan pusaka tersebut)

Saya dikagetkan dengan mimpi saya tadi yang seperti kenyataan. Saya bangun dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka, di dalam kamar mandi saya merasa seperti bukan hanya saya sendiri yang ada di dalam, bulu nyawa berdiri seperti ada energi yang sangat dekat, saya buru-buru mencuci muka dan keluar dari dalam kamar mandi. saat kejadian mimpi tersebut saya merasa diri saya semakin aneh, saya sering merasakan seperti ada yang mengikuti saya terus menerus dan mendengar suara bisikan “Ponao mota to kuburu li ju’panggola yi’o” bisikan itu yang setiap hari saya dengar. saya semakin frustasi dan stress dengan apa yang saya alami saat ini, saya memberitahukan kejadian ini kepada Ibu dan Ayah, namun, respon mereka hanya biasa saja. Saya memberanikan diri untuk datang ke teman saya yang sedikit tahu tentang hal-hal yang ghaib, kemudian dia memberikan informasi yang saya belum pernah mengalaminya. Saya bertekad untuk datang sendiri ke makam Aulia Ju’panggola. Saya sudah mendapatkan informasi dari warga sekitar, bahwa Aulia Ju’panggola adalah salah satu pendakwa atau penyebar ajaran islam yang ada di Gorontalo, Beliau juga terkenal memiliki ilmu langga dan bisa berpindah tempat dari tempat satu ke tempat yang lain hanya dengan kedipan mata. Tak pikir panjang lagi saya langsung masuk ke dalam ruangan yang dimana ruangan itu ada makan Aulia Ju’panggola. Tiba-tiba suara bisikan itu terdengar kembali, suara itu menyuruh saya untuk duduk bersilah disamping makam Aulia Ju’panggola dan saya memejamkan mata sambil membaca mantra “Putu pilomutu pilotutu hu’oyi pindu ulumani lillah” mantra ini dibacakan 100 kali. Saya mengikuti perintah suara itu. Tiba-tiba muncul sosok kakek-kakek yang berjubah putih dan bersorban hijau, saya hampir lari ketika melihat kakek itu, kemudian kakek itu berkata bahwasannya saya adalah keturunan Raja Dukalangi dan memberi suatu pusaka batu merah delima dan tiba-tiba kakek itu menghilang di depan saya. Saya kembali ke rumah sambil membawa batu merah delima ini, saat dalam perjalan pulang saya melihat banyak sosok yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Dan saat itu saya menyadari bahwa saya bisa melihat makhluk ghaib atau memiliki mata batin. Perasaan saya bimbang antara senang atau tidak, karena yang saya lihat banyak sekali ghaib yang menyeramkan hampir membuat saya mati berdiri. Semakin berjalannya waktu saya pun sudah terbiasa dengan semua hal yang saya rasakan. sampai pada saat saya masuk ke dalam ruangan yang gelap, saya ditarik dan suasana ruangan yang tadinya gelap berubah menjadi suatu permukiman kerajaan. saya bergumam dalam hati “mengapa saya disini, dan tempat apa ini ?” padahal saya diruangan yang tidak jauh dari belakang rumah saya. Tiba-tiba puluhan prajurit datang menyambut saya dengan ramah diantar menuju singgasana Raja tetapi raja tersebut tidak duduk di singgasananya melainkan berdiri dan menuju kepada saya dan memasangkan mahkota di kepala saya kemudian saya disuruh duduk di singgasana sang Raja. Raja berkata “Japohe yi’o wa’u utiye ti bapumu raja dukalangi”

Saya berkeringat deras dengan apa yang saya lihat sekarang sambil saya berkira bahwa saya sedang bermimpi dan sambil mencubit pipi saya ternyata sakit yang artinya saya sedang tidak bermimpi melainkan saya masuk ke dunia lain. Saya tersadar bahwa saya sedang berada di kerumunan banyak orang, ternyata saya sudah koma selama lima hari setelah saya telusuri bahwa sukma saya lah yang di bawa oleh khodam saya yang melainkan seorang Aulia ke dimensi lain yang disebut dunia ghaib.

Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hobi Menulis puisi dan membaca puisi. Kenal lebih dekat melalui Instagram @1brahimdukalang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Yang Dilumpuhkan

Cinta Yang Dilumpuhkan Penulis : Ibrahim H. Dukalang Seringai kini pudar dalam bentala kesedihan Isak tangisan kekesalan pada kalbu penyesalan merintih kesakitan Kau buat ku rapuh hinggah lumpuh, kau hadir membawa hati busuk Datang dengan senyuman setia, pergi meninggalkan serbuk hiruk Kesetiaan yang ku berikan kau balas dengan perselingkuhan Aku hanya bisa terbaring lumpuh karena perbuatan mu Kau bergaya dengan gagah bagaikan tuan tapi lupa akan puan Potret buram ku sobek dengan nada keras memaki mu bajingan asu Dimana lagi cinta yang murni?, Aku sudah tidak percayalah lagi Kaki sudah tidak boleh berdiri, hati sudah dibuat mati, air mata sudah tidak ada lagi. Kini hanya tersisa serpian kenangan yang tergenang dalam bayangan.Aku sudah tenang pada alam, terima kasih sakitku pudar terkubur bersama jasadku. Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hob...

MASA TUA

Masa Tua Penulis: Ibrahim H. Dukalang Ada angka di setiap masa  Ada masa di setiap angka Berpacu di waktu 00.15 dengan pikiran yang kongkret,kopi dan sebatang rokok eceran  Para angka berdebat dengan konsep waktu  Duduk berbaris rapi dengan muka lusuh  Besok akan ada waktu untuk masa  Menghajar para kuasa sampai dia putus asa saya pun tertawa hahahahah Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gorontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hobi Menulis puisi dan membaca puisi. Kenal lebih dekat melalui Instagram @1brahimdukalang

KANDA ITU DINDA

Kanda Itu Dinda Penulis: Ibrahim H. Dukalang Ada hitam ada putih Ada malam ada pagi Ada jahat ada baik Ada kanda ada Dinda Mental,mental,mental harus di bentuk Keras, peras, jerat , jadi wajib Cover diskusi tengah malam dalil ilmu luas Dinda bertanya apakah kanda masi lama? Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gorontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hobi Menulis puisi dan membaca puisi. Kenal lebih dekat melalui Instagram @1brahimdukalang

Pengibul Bukan Pengabul

  PENGIBUL BUKAN PENGABUL Penulsi: Ibrahim H. Dukalang Lihat binatang-binatang itu, jelas terlihat? Lucu mereka pakai topeng seolah menjadi manusia Tikus pakai dasi, keledai orasi, kuda tebar janji, kodok penuh sensasi, Tuan kebun binatang sedang bermain pasal menghibur para pendatang. Binatang-binatang itu sedang pesta kata berebut siapa yang perkasa K i ta hanya penonton di balik tirai dusta tanpa rasa dosa  Si Babi ingin terlihat perkasa seperti elang di angkasa Si anjing yang ingin di dengar gonggongan desahannya Lama kita berdiri akhirnya di bawakan kursi tapi ternyata hanya ilusi Di bawa masuk dalam labirin, Janji akan ada mimpi kita temui ! Tapi nihil yang kita temui hanya ada tembok yang menghalangi mimpi Menuntut kena pukul, mundur kena pungut, melawan dapat sangkar besi Taman ini tidak lagi asri, sudah banyak tai...para hewani Mereka liar memakan sana sini demi diri sendiri. Bagaimana menyadarkan mereka bahwa mereka agitator Ah...su...dahlah, mereka ha nyalah hewani ...

Ruang Penat

  Ruang Penat Penulis: Ibrahim H. Dukalang Ruang berdiameter cinta x setia itu  Membahas semua cerita kita yang pernah terjadi Menghapal seluruh rangkulan pelukan malam Angin hangat meluap mendarat pada kening Ruang yang menciptakan Mimpi, emosi, dan harmoni,  Ruang itu sudah seput melihat tingkah rayu kita, Pertengkaran kita, candaan kita, tangisan kita Ruang yang menjadikan penat menja di sehat  Suara halus membisikkan aksara asmara hasrat Gebar yang bernafas terasa semakin hangat  Waktu terus berjalan dan ruang Masi utuh belum runtuh Ruang itu menjadi saksi Kita berjanji sehidup semati tanpa ada kata pergi, Besok kita cerita tentang ruang itu pada langit Berterima kasih kepadanya sudah menjadi saksi cinta yang abadi. Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gorontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hobi Menulis puisi dan membaca puisi. Kenal lebih dekat melalui...

Kamu, Aku, dan dia

  K amu,Aku dan Dia Penulis: Ibrahim H. Dukalang Kemarin Kita Bersama Merangkai Kata Setia Di Iringi Kicauan Camar Melewati Senja Namun Makna Kata Seketika Berubah Menghancur leburkan Kita Berdua Dengan Adanya Dia Yang Ketiga. Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gorontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hobi Menulis puisi dan membaca puisi. Kenal lebih dekat melalui Instagram @1brahimdukalang

Bermalam Pada Alunan Ketenangan

Bermalam Pada Alunan Ketenangan  Penulis: Ibrahim H. Dukalang Riak malam yang indah membuat kita seringai Menatap Buih yang datang menyapa berirama Membawa alunan ketenangan dan kedamaian pada cakrawala malam dibawah ranting kusam Semburat bintang melukis langit dalam bias Sementara angin berbisik lirih pada daun-daun lelah, Seakan menceritakan dongeng lama tentang hati yang terkatup sunyi. Namun pada gemerisik itu, ada janji yang tak mati, Kita duduk bersandar, menyatu dengan alam, Menghitung desah waktu yang lewat, menunda petang Pada kegelapan. Ada gemericik Sebuah harapan diam-diam mengendap, menanti untuk dikenang pada alam Perasaan imajinasi bermain pada rangkain diksi  Menerka hati yang menari-nari menunggu pagi - Kurnai, 22 September 2024 Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gorontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hobi Menulis puisi dan membaca puisi. Kenal lebih d...

RINDU KAMU

RINDU KAMU Penulis: Ibrahim H. Dukalang   Kapal berlabuh di pelabuhan rindu Kau pergi meninggalkan semua pilu  Aku termenung dalam air mata bisu hati bertanya! Apa...aku bisa melupakan mu? Sebulan telah berlalu kau tak pernah temui aku, sampai makan sudah tidak butuh,  pikiran sudah buntu,  mata sudah mulai melepuh dengan air mata rindu, cantik... cepatlah kembali, bahuku butuh kepalamu dan mata mungilmu ingin ku lihat selalu, plisss aku sangat rindu kamu. Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gorontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hobi Menulis puisi dan membaca puisi. Kenal lebih dekat melalui Instagram @1brahimdukalang

Perihal Kamu si Puisi

 "Perihal kamu si puisi" Penulis: Ibrahim H. Dukalang Tertawa penyair pada seorang diksi Menyindir pengemis untuk menjadi puisi Bertanya penyair pada seorang bait Apakah engkau mengerti arti sulit Mereka menilai tapi Enggan memuji Existensi seperti seorang selebriti Gaya seperti seorang politisi Tapi seorang puisi hanya seorang pengemudi. Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gorontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hobi Menulis puisi dan membaca puisi. Kenal lebih dekat melalui Instagram @1brahimdukalang