Tikus Biru
Suara dengkian bersua diseluruh penjuru ruangan!
Teriakan meminta pertolongan tapi seakan di abaikan!
Hanya menutup mata, mulut hingga telinga Tidak perduli dengan apa artinya derita.
Sekarang si tikus biru sudah besar, dulunya penurut kini jadi pemburu
Kekuasaan digerogoti layaknya seperti roti
Disimpan dan dimakanya sendiri .
Engkau si tikus biru tengolah tikus-tikus kecil, hitam dan dekil ini
Bermohon untuk bisa dibagikan sepenggal roti
yang engkau makan Sambil tertawa haha-hihi.
Hey..si tikus biru sudahi drama mu yang loncat sana -loncat sini di atap rumah yang sama
seakan bekerja keras demi kepentingan bersama
Tapi apa dan manah? Itu hanya kepentingan mu saja.
Hey..engkau si tikus biru kami ingin menyampaikan aspirasi Tapi kau malah menuduh kami melakukan kotradiksi.
Si tikus biru ingin didengar dan di ikuti dia tidak tau dia sudah Menggigit dan menguliti Dengan porsi yang tinggi.
Sadarlah engkau tikus biru
Bahwa akan tiba waktunya dimana kucing akan berburu Menghancurkan kedudukan mu
Serta semut akan bersatu mengambil Kembali roti yang engkau curi,
Hingga membuat mu kencing berdiri
Ibrahim H. Dukalang,lahir di Gorontalo, 21 Mei 2001. Sejak tahun 2020 menjadi Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Hobi Menulis puisi dan membaca puisi. Kenal lebih dekat melalui Instagram @1brahimdukalang
Komentar
Posting Komentar